Iklan

Iklan

a

a

Wednesday, August 14, 2013

Budaya "badan" (sungkem) ketika Idul Fitri



Istilah "badan" dalam bahasa Jawa sepengetahuan saya artinya "sungkem". Sungkem biasanya dilakukan kepada orang tua, orang yang lebih tua atau dituakan di lingkungan tempat tinggalnya. Dengan maksud yang berbeda-beda, bisa jadi meminta doa restu atau meminta maaf.




Bahasan kali ini "badan" atau sungkem yang biasanya dilakukan di hari raya Idul Fitri di desa untuk meminta maaf. Kalau kebanyakan di daerah Klaten adat ketika "badan" mendatangi rumah orang tua atau yang dituakan, biasanya dilakukan secara kelompok. Bisa jadi satu keluarga, kelompok muda-mudi yang datang bersama-sama, bahkan ada "gerombolan" anak kecil yang membuat suasana menjadi "kemriyek" atau ramai.


Saya iseng-iseng mengamati dan mendengarkan apa yang biasanya mereka ucapkan ketika menyampaikan permintaan maaf mereka. Misalnya:


-  untuk orang dewasa atau yang sudah berkeluarga

Biasanya bahasa yang digunakan cenderung halus dan dan agak panjang. Kurang lebih begini: "Ngaturaken sugeng riyadi dumateng  bapak/ibu/mbah/pakdhe/budhe/paklik/bulik, dll. -pilih salah satu sesuai sikon- hambok bilih anggenipun kawulo srawung dumateng panjenengan kathah atur saha tindak tanduk kulo ingkang mboten mranani wonten ing manah panjenengan, kulo ngaturaken agunging samudro pangaksami" dan mungkin masih ada kalimat yang berbeda.


- untuk remaja tanggung atau kelompok muda-mudi

Karena kosakata bahasa Jawa yang kurang, biasanya mengucapkan kalimat yang sederhana. Seperti: "Mbah/Pak/Bu/Lik/Dhe, dll. -pilih salah satu sesuai sikon- ngaturaken sugeng riyadi, sedoyo lepat kulo nyuwun pangapunten." Abis itu, agak malu-malu tapi gragas :P menyantap makanan yang tersedia.


- untuk anak-anak

Singkat, padat, dan nyaring, "Sugeng riyadi, Mbah/Pak/Bu/Lik/Dhe" Abis itu, makan banyak, pulang, trus "disangoni" (dikasih uang) deh! hehehe.      



Adapun untuk jawaban yang biasanya disampaikan oleh orang tua atau yang dituakan juga berbeda-beda. Ada yang menjawab dengan bahasa Jawa halus campur dan ada juga yang ngejawab sekenanya.


- dengan bahasa jawa halus campur

Biasanya orang yang sudah terbiasa dengan lingkungan kental dengan bahasa Jawa halusnya. Seperti, "Semanten ugi kulo nggih nak, kulo dados wong tuwo sok kadang enten salah, mugi-mugi dosa kulo lan dosa jenengan dipun lebur wonten dinten rioyo niki"

Terkadang juga ketika yang sungkem adalah orang yang sudah berkeluarga menambahkan doa, "Kulo naming saget dongaaken mugi lancar anggenipun Mas... pados sandang pangan, mimpin keluarga sarto didik putra putrinipun dados anak ingkang soleh solihah.


- dengan bahasa sekenanya

Ini yang agak membuat yang sungkem agak gimanaa... gitu. Setelah mengucapkan dengan bahasa yang halus, agak panjang, dan tersusun rapi, dijawab, "Yoh, podho-podho yo mas yo, dosamu lan dosaku dilebur ing dino rioyo iki".

Itu saja masih mending, ada juga yang cuman njawab,"yoh, podho-podho...?" Gondhuk-gondhuk kowe... (dongkol-dongkol dah kamu...) hehehe


Tapi apapun jawabannya, semua tergantung dari hati kita masing-masing. Ketika kita ikhlas meminta maaf kepada orang lain, dan orang lain memaafkan kita dengan ikhlas, insyaAllah, kesalahan-kesalahan dari masa lalu antara kedua orang tersebut terhapuskan. Aamiin.

No comments: