Iklan

Iklan

a

a

Sunday, January 5, 2014

Parkir sepeda: Adakah Sedikit Lahan untuk parkir sepeda...?

Sedikit uneg-uneg di siang hari...

Menjelang hari pertama masuk sekolah, pagi ini istri saya berbelanja berbagai barang dagangan untuk keperluan kantin sekolah. Lumayanlah ada kegiatan yang positif untuk mendapatkan tambahan penghasilan. Dengan penuh semangat (untuk pertama kalinya) berangkat dengan menggunakan sepeda Jembolly. Mengurangi polusi dan menghemat bahan bakar, katanya.
Setelah pamit berangkatlah menuju ke toko kulakan di pusat kota Klaten. Memang selama ini toko itu dikenal dengan toko kulakan karena bandrol harga-harga sangat cocok untuk usaha kecil seperti usaha kantin istri saya.

.................

Panjang cerita, hehehe (memang jarak rumah dengan tempat belanja lumayan jauh). Istri saya pulang dari belanja dengan raut muka yang berbeda. Dari yang tadi tampak penuh semangat, senyum mengembang, sampai di rumah dengan muka sedih. setelah saya tanya, dia bercerita dengan menahan tangis.
Setelah mendengarkan ceritanya, saya paham masalah ternyata ketika akan memarkirkan sepeda di ruas jalan depan toko, salah satu tukang parkirnya (orang tua -sepuh-) melarang parkir di area situ dengan nada yang tinggi, "ojo dijejerke motor, golek gon liyo kana..."(JANGAN DEKET MOTOR, CARI TEMPAT LAIN SANA!). Dan menyuruh mencari tempat selain di situ.
Bisa dibayangkan perasaan istri saya saat itu. Campur aduk antara sakit hati, marah, dan malu karena banyak orang di area itu. Padahal giliran motor yang akan parkir, motornya ditutun, diatur dengan rapinya, kalo gak ada tempat di-suk-suk-ke (dipaksakan).
Sebenarnya sederhana saja, kalau gak boleh parkir kan tinggal bilang dengan suara yang pelan, atau bahasa yang lebih halus. Sama-sama cari makan, pakdhe!
Rambu "Sepeda Dilarang Parkir"?
Kalau dilihat memang di area itu adalah parkir sepeda motor. Tapi sangat disayangkan dengan sikap tukang parkir tersebut, apalagi dia sudah berumur -sudah tua atau sepuh-. Seharusnya semua pelanggan parkir diperlakukan sama. Jangan kuatir tidak dibayar biaya parkirnya, karena sudah terbiasa istri saya ketika parkir -ketika membawa motor atau sepeda- selalu membayar sama, Rp1.000,-.

Kalau lahan parkir hanya untuk sepeda motor, sedangkan lahan parkir sepeda sangat terbatas, bagaimana nasib orang lain yang hanya punya sepeda. Dimana mereka akan mendapatkan hak yang sama memarkirkan "kendaraan mewah"nya? Bebas polusi, hemat bahan bakar, ....

ah, mbuh lah sakkarepmu, sing penting wes ngelingke...

No comments: