Istilah "badan" dalam
bahasa Jawa sepengetahuan saya artinya "sungkem".
Sungkem biasanya dilakukan kepada orang tua, orang yang lebih tua atau dituakan
di lingkungan tempat tinggalnya. Dengan maksud yang berbeda-beda, bisa jadi
meminta doa restu atau meminta maaf.
Bahasan kali ini
"badan" atau sungkem yang biasanya dilakukan di hari raya Idul Fitri
di desa untuk meminta maaf. Kalau kebanyakan di daerah Klaten adat ketika
"badan" mendatangi rumah orang tua atau yang dituakan, biasanya
dilakukan secara kelompok. Bisa jadi satu keluarga, kelompok muda-mudi yang
datang bersama-sama, bahkan ada "gerombolan" anak kecil yang membuat
suasana menjadi "kemriyek" atau ramai.
Saya iseng-iseng mengamati dan
mendengarkan apa yang biasanya mereka ucapkan ketika menyampaikan permintaan
maaf mereka. Misalnya:
- untuk orang dewasa atau yang
sudah berkeluarga
Biasanya bahasa yang digunakan
cenderung halus dan dan agak panjang. Kurang lebih begini: "Ngaturaken sugeng riyadi dumateng bapak/ibu/mbah/pakdhe/budhe/paklik/bulik, dll.
-pilih salah satu sesuai sikon-
hambok bilih anggenipun kawulo srawung dumateng panjenengan kathah atur saha
tindak tanduk kulo ingkang mboten mranani wonten ing manah panjenengan, kulo
ngaturaken agunging samudro pangaksami" dan mungkin masih ada kalimat yang
berbeda.
- untuk remaja tanggung atau kelompok muda-mudi
Karena kosakata bahasa Jawa yang
kurang, biasanya mengucapkan kalimat yang sederhana. Seperti: "Mbah/Pak/Bu/Lik/Dhe, dll. -pilih salah satu sesuai
sikon- ngaturaken sugeng riyadi, sedoyo lepat kulo nyuwun pangapunten."
Abis itu, agak malu-malu tapi gragas :P menyantap makanan yang tersedia.
- untuk anak-anak
Singkat, padat, dan nyaring, "Sugeng riyadi, Mbah/Pak/Bu/Lik/Dhe"
Abis itu, makan banyak, pulang, trus "disangoni" (dikasih uang) deh! hehehe.
Adapun untuk jawaban yang
biasanya disampaikan oleh orang tua atau yang dituakan juga berbeda-beda. Ada
yang menjawab dengan bahasa Jawa halus campur dan ada juga yang ngejawab
sekenanya.
- dengan bahasa jawa halus campur
Biasanya orang yang sudah
terbiasa dengan lingkungan kental dengan bahasa Jawa halusnya. Seperti, "Semanten ugi kulo nggih nak, kulo dados wong
tuwo sok kadang enten salah, mugi-mugi dosa kulo lan dosa jenengan dipun lebur
wonten dinten rioyo niki"
Terkadang juga ketika yang
sungkem adalah orang yang sudah berkeluarga menambahkan doa, "Kulo naming saget dongaaken mugi lancar
anggenipun Mas... pados sandang pangan, mimpin keluarga sarto didik putra
putrinipun dados anak ingkang soleh solihah."
- dengan bahasa sekenanya
Ini yang agak membuat yang
sungkem agak gimanaa... gitu. Setelah mengucapkan dengan bahasa yang halus,
agak panjang, dan tersusun rapi, dijawab, "Yoh, podho-podho yo mas yo, dosamu lan dosaku dilebur ing dino rioyo
iki".
Itu saja masih mending, ada juga
yang cuman njawab,"yoh, podho-podho...?"
Gondhuk-gondhuk kowe... (dongkol-dongkol dah kamu...) hehehe
No comments:
Post a Comment