WANTED DEAD |
Udah lama nih pengen ngebasmi tuh tikus-tikus, gak malem gak siang bikin kaget orang. Tau-tau mak srunthul lewat depan orang, siapa yang gak kaget.
Dan lagi banyak barang dari kertas, kardus, bahkan kabel pun dikrikiti sampe cuil...hadeewwh... pengen berantas sampe abiss tuh tikus...
Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengendalikan tikus:
Petani berdasarkan pengalamannya melalui pelaksanaan SLPHT dan pengalaman-pengalaman sebelumnya menemukan dan mengembangkan teknologi sederhana dan praktis untuk mengendalikan tikus di lahan usaha taninya.
Dalam rangka menyebarluaskan teknologi pengendalian tikus spesifik lokasi dari berbagai lokasi SLPHT maupun atas dasar pengalaman petani sendiri, beberapa cara pengendalian tikus spesifik lokasi dapat di uji terapkan pada tanaman padi. Teknologi yang tersedia secara praktis, mudah dipelajari dan diterapkan untuk dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi alam dan masyarakat petani setempat seperti tercantum di bawah ini :
(a) Pengendalian Tikus dengan Bambu
(Sumber : Kelompok Tani Adirejo, Desa Adirejo, Kecamatan Tunjungan, Kabupaten Blora)
Cara mekanik ini bekerja dengan memanfaatkan umpan yang dipasang pada salah satu ujung bumbung bambu yang menarik tikus untuk masuk ke dalam bumbung bambu selanjutnya terperangkap ke dalam kantung plastik yang dipasang pada ujung bambu lainnya.
Bahan dan alat yang diperlukan adalah bambu sepanjang 2-4 meter yang setiap ruasnya dilubangi, kawat/bendrat, umpan tanpa racun, dan kantong plastik.
Kantong plastik dipasang pada salah satu ujung bambu, diperkuat dengan kawat. Bumbung diletakan di pematang sawah atau di tempat-tempat yang sering dilalui tikus.
(b) Pengendalian Tikus dengan Ubi Racun
(Sumber : Petani di Kabupaten Tapanuli Selatan)
Cara ini digunakan dengan memanfaatkan ubi racun yang dicincang untuk meracuni tikus sehingga tikus mati. Bahan dan alat yang digunakan terdiri atas ubi racun dan air.
Cara Pelaksanaan :
- Ubi racun sebanyak 3 kg dicincang dan diaduk dengan sedikit air,
- Taburkanlah pada tempat-tempat yang sering dilalui tikus atau disekitar liang aktif,
- Setelah tiga hari tikus mati mulai ditemukan di lapangan
(c) Pengumpanan Singkong Rebus dan Air Kelapa, serta Ubi Lainnya
(Sumber: Petani Alumni SLPHT Subur Makmur II, Kecamatan Cimanuk, Kabupaten Pandeglang)
Tikus dapat dikendalikan dengan cara pemberian umpan singkong yang direbus dalam air kelapa di sekitar liang tikus. Singkong umpan ini mungkin bersifat racun, sehingga menimbulkan kematian bila umpan dimakan tikus.
(d) Alat Perangkap Tikus (Kala Celongcong)
(Sumber : Kelompok Tani Pusaka Tani, Kecamatan Carenang, Kabupaten Serang)
Petani melakukan modifikasi alat bubu perangkap ikan menjadi bentuk yang sederhana, mudah dibawa, dan dapat segera membunuh tikus yang tertangkap. Alat tersebut diberi nama "Kala Celongcong", terbuat dari jaring nilon berukuran lebar 0,5 meter dan panjang 1 meter yang diikatkan ke bumbung bambu atau bekas wadah oli plastik berukuran 15-20 cm yang berfungsi sebagai pintu masuk. Tikus yang terperangkap langsung dapat dibunuh.
(e) Musuh Alami Buatan (Ular Buatan)
(Sumber : Kelompok Tani Bungur II, Kecamatan Cikalong
Kulon, Kabupaten Cianjur)
Pengendalian biologi melalui pemberdayaan musuh alami telah dikenal oleh petani. Melalui modifikasi musuh alami, OPT jenis vertebrata seperti tikus dapat dikelabui dan menjauh dari tanaman yang akan dirusak. Dengan cara mambuat "ular buatan" dari daun nanas yang dicat hitam dan putih secara berselang sehingga menampakkan ular belang sawah. Implementasinya dilapangan dilakukan dengan cara memasang ular buatan di sekitar tempat lalu lalang tikus atau di tengah sawah.
(f) Gerakan Pemburuan Melalui Pengoboran yang di dahului Penyemprotan Limbah Cabe Rawit
(Sumber : Kelompok Tani Jambar, Kecamatan Ligung, Kabupaten Majalengka)
Cara pengendalian mekanis dapat dilakukan melalui upaya pengrusakan fungsi atau gangguan sistem biologis OPT seperti kepedihan mata, gangguan pencernaan atau gangguan pernafasan. Pengendalian dengan cara gropyokan tikus di malam hari menggunakan lampu petromak (pengoboran) yang didahului penyemprotan limbah cabe rawit pada sore harinya (antara pukul 15.00-16.00) dengan konsentrasi 1 kg limbah cabe rawit (yang sudah busuk) dalam 1 liter air, dan diaplikasikan dengan dosis cairan semprot 250 cc dalam 18 air tangki sprayer.
Penyemprotan limbah cabe rawit di sawah dapat meninggalkan residu cabe rawit pada tanaman dan sekitamya. Saat tikus menyerang tanaman dapat terkena dampak drift atau residu cabe rawit, yang dapat menyebabkan aktivitas tikus menurun, tidak lincah/loyo. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena menimbulkan kepedihan pada mata, gangguan sistem pencemaran dan sistem pernafasan tikus. Dengan aktivitas tikus yang loyo/tidak lincah, pada malam dan dapat diburu dengan mudah.
(g) Gropyokan Tikus Sistem Guyur
(Sumber.: Kelompok Tani MekarJaya, Kecamatan Garawangi Kabupaten Kuningan)
Pada masa bera, gerakkan massal dengan gropyokan sering dilakukan melalui berbagai cara antara lain berburu dengan bantuan anjing daan pengguyuran dengan air pada liang aktif tikus.
Pengguyuran dengan air pada liang aktif tikus menyebabkan kondisi ruangan lubang kekurangan udara akibat tergenang air. Dengan kondisi yang demikian. tikus mengalami kesulitan benafas sehingga berusaha keluar dari liang. Cara penggenangan liang akan baik bila dikombinasikan dengan pemerangkapan menggunakan kala celongcong/bubu perangkap untuk menghadang tikus keluar dari liang, sehingga mudah di bunuh segera.
(h) Gropyokan Tikus dan Jaring Karung
(Kelompok Tani Kebo Kecamatan Tambelang Kabupaten Bekasi)
Gropyokan dengan cara menggiring tikus ke sudut petakan yang dipasang jaring dari karung plastik bekas pupuk yang dirangkai/disambung sampai sepanjang 50 meter. Implementasinya di lapangan dilakukan dengan cara memasang jaring mengelilingi petakan dan membiarkan satu sisi terbuka untuk pintu masuk tikus yang digropyokan secara beramai-ramai. Agar jaring dapat berdiri tegak dan kokoh, tiap 1-1,5 meter diberi ajir yang ditancapkan pada sisi pematang bagian dalam. Setelah tikus terperangkap, karung digulung selanjutnya tikus dibunuh.
(i) "Studitor", Kunci Keberhasilan Pengendalian Tikus
(Sumber : Kelompok Tani Cekatan, Kecamatan Sleman, Kabupaten Yogyakarta)
Kunci keberhasilan pengendalian tikus ditentukan oleh serangkaian kegiatan yang dilakukan secara serentak dalam areal hamparan, terus menerus sepanjang musim dan antar musim, dilakukan sedini mungkin dan pelaksanaan pengendalian dilakukan terorganisasi secara baik.
(j) Sejuta Bambu Tikus
(Sumber : Kelompok Tani Tonrong Lebureng, Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan)
Tikus menyukai tempat-tempat khusus yang alami untuk persembunyiannya. Potongan bambu sepanjang 1,5 meter atau lebih yang tembus ruas-ruasnya sehingga bumbung tembus dari ujung-ujungnya, adalah sarana yang baik untuk hunian tikus. Caranya dengan menebarkan bambu dipetakan sawah dalam jumlah yang banyak. Setiap pagi diamati tikus yang terperangkap, ditangkap dengan memasukkan dalam karung dan selanjutnya di bunuh.
(k) Alat Perangkap Tikus
(Sumber : Kelompok Tani Dewi Sri, Desa Karangjunti, Kecamatan Losari, Kabupaten Brebes)
Alat perangkap tikus digunakan sebagai alat bantu dalam kegiatan gropyokan atau pengendalian secara mekanis. Alat dibuat dari wadah oli ukuran 1 liter dilubangi kedua ujungnya. Kemudian salah satu ujungnya dipasang karung plastik atau kantong bekas semen dan diikat dengan tali plastik.
Alat perangkap yang sudah dibuat dipasang pada pintu rahasia liang tikus, dengan ujung wadah oli yang terbuka menghadap ke dalam liang. Liang tikus digali sehingga tikus yang berada di dalam liang akan lari melalui pintu rahasia dan tertangkap dalam karung/kantong.
Untuk mematikan tikus yang terperangkap, alat penangkap tersebut diangkat dan dibanting-bantingkan ke tanah atau dipukul dengan tangkai pacul.
Sumber: diperta.jabarprov.go.id